Dunia Internasional Kehilangan Gus Dur

Kamis, 31/12/2009

JAKARTA, Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), Mahfud MD, menyatakan tidak hanya bangsa Indonesia yang merasa kehilangan sosok Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, tapi juga dunia internasional.

"Karena sosok Gus Dur sudah diakui oleh dunia internasional sebagai perekat persaudaraan antar umat beragama," katanya di Jakarta, Rabu malam.

Mantan Presiden Abdurrahman Wahid meninggal dunia karena sakit pada usia 69 tahun di RSCM Jakarta, Rabu pukul 18.40 WIB. Mahfud menambahkan Gus Dur mengajarkan bahwa agama bukan menjadi alat bertempur melainkan sebagai pesaudaraan antar umat beragama.

"Kita benar-benar sangat kehilangan," katanya.

Secara pribadi, Mahfud MD menilai sosok Gus Dur itu sebagai kakak sekaligus ayah bagi dirinya. "Beliau tidak pernah marah kepada siapapun," katanya.

Sebelumnya, Wakil Presiden Boediono mengatakan bahwa almarhum merupakan sosok pemersatu bangsa yang hingga kini belum tertandingi oleh siapa pun. "Kita benar-benar kehilangan seorang tokoh besar, tokoh pemersatu bangsa dalam sejarah modern Indonesia," kata Boediono disampaikan juru bicaranya, Yopi Hidayat, di Jakarta, Rabu malam.

Boediono menambahkan, saat ini sangat sulit untuk mencari tokoh-tokoh pemersatu bangsa seperti Abdurrahman Wahid yang akrab disapa Gus Dur. Ke depan, lanjut Boediono seperti dikutip Yopi, Indonesia diharapkan dapat memiliki kader-kader pemersatu bangsa seperti Gus Dur. *Kompas.com 311209

Read Users' Comments (0)

Pekan Depan, Prita Kembali Bekerja

Rabu, 30/12/2009

Tangerang, Sekitar 1,5 tahun tidak menjalankan aktifitas pekerjaan, Prita Mulyasari pekan depan kembali bekerja setelah diputuskan bebas Pengadilan Negeri (PN) Tangerang, Banten.

"Insya Allah mulai awal bulan Januari tahun depan, istri saya sudah mulai aktif bekerja kembali," ujar suami Prita, Andry Nugroho di Tangerang, Rabu (30/12/2009). Andry menjelaskan, selama satu setengah tahun menjalani persidangan hingga diputuskan bebas oleh pengadilan, karyawati call center PT Bank Sinar Mas, MH Thamrin, Jakarta, itu kerap absen karena diberikan dispensasi oleh perusahaan.

Kini, menurut Andry, perasaan Prita kembali tenang dan ingin menjalankan pekerjaan serta mengurus keluarga usai dinyatakan tidak bersalah mencemarkan nama baik rumah sakit Omni International, Tangerang Selatan.

"Selama sidang tidak meminta cuti, hanya karena harus berkonsultasi dengan kuasa hukum akhirnya istri saya meminta ijin tidak masuk kerja," kata Andry.

Ditanya kondisi janin Prita yang sudah mendekati usia tiga bulan di dalam kandungan, Andry menjelaskan calon anak ketiganya itu dalam kondisi sehat. "Belum tahu laki-laki atau perempuan, namanya juga belum disiapkan nanti sajalah," ujar Andry.

Diakui Andry, setelah Prita dinyatakan bebas pihak keluarga tidak membuat acara syukuran besar-besaran namun kasus yang pernah dihadapi istrinya menjadi pelajaran berharga bagi keluarga.

Terkait tuntutan balik terhadap rumah sakit Omni, menurut Andry sejak awal pihaknya tidak berniat menuntut balik rumah sakit elite itu. "Tidak ada tuntutan balik, kita ingin semuanya berakhir damai," tegas Andry.

Prita Mulyasari terdakwa pencemaran nama baik RS Omni Internasional, melalui surat elektroniknya divonis bebas oleh majelis hakim yang diketuai Arthur Hangewa di PN Tangerang, Selasa. Hakim menilai tidak ada muatan penghinaan dalam email Prita yang didistribusikan kepada orang lain itu sehingga pihak lain yang berkepentingan mengetahuinya dan pengadilan membebaskan ibu dua anak itu. * Kompas.com 30/12/09

Read Users' Comments (0)

Gurita Cikeas Menghilang di Yogyakarta

Rabu, 30/12/2009

Yogyakarta: Buku Membongkar Gurita Cikeas : Di Balik Skandal Bank Century, karya George Junus Aditjondro semakin sulit dicari di Yogyakarta. Masyarakat kecewa saat mengunjungi pameran Gerebeg Buku, namun tidak berhasil mendapati buku itu.

Meski pihak Galang Press memasang spanduk buku tersebut, pengunjung tak menemukan buku yang menuai protes tersebut. Pengunjung mengaku sebelumnya telah berupaya mencari buku tersebut di sejumlah toko buku di Yogyakarta. Salah seorang pengunjung, Aryo, mengatakan, kendati buku itu ada, penjual menawarkannya dengan harga sangat melambung.

Sementara itu, pihak Galang Press belum dapat memastikan kapan buku karya George ini dijual kembali. Pihak penerbit mengaku, hingga kini sebagian besar stok buku masih tertahan di gerai sebuah jaringan toko buku. Mereka menduga buku itu belum berani dijual karena mengundang kontroversi. * Metrotvnews.com 301209

Read Users' Comments (0)