Kasus Facebook, Indonesia Harus Belajar dari Inggris

Rabu, 17/02/2010

JAKARTA - Maraknya kasus bullying (pelecehan) terhadap anak melalui internet yang berakhir dengan penculikan, pemerkosaan, dan kejahatan lainnya tidak bisa dianggap angin lalu. Apalagi kejadian tersebut kini mulai merambah jejaring sosial yang sangat digemari generasi muda.

Pemerintah mungkin bisa belajar dari Inggris untuk mengatasi masalah sosial ini secara bersama-sama. Pemerintah Inggris telah menyediakan CEOP (Child Exploitation and Online Protection Centre). CEOP telah menyediakan situs khusus yang memberikan segala informasi mengenai kejahatan terhadap anak melalui internet. Di situs tersebut ada informasi anak hilang, daftar pencarian orang (DPO), jenis kasus, dan tips-tips bagi orang tua dan anak-anak untuk menghindari terjadinya kejahatan.

Belum lama ini, Pemerintah Inggris juga mencanangkan kampanye "Nasihati... Bantu... Laporkan" pada Hari Internet Aman (Internet Safety Day) pada 9 Februari 2010 lalu. Bersamaan itu, CEOP bekerja sama dengan Microsoft merilis skema pelaporan yang memudahkan warga saling berbagi informasi dan tips mengenai kejahatan internet. Hal tersebut dapat dilakukan dari tollbar tambahan yang dapat dipasang pada browser web Internet Explorer 8.

"Di situ ada informasi mengenai program berbahaya seperti jenis virus, contoh perlakuan kasar, cyberbullying, dan search engine khusus dari internet safety partner," kata Tony Seno Hartono, Natuonal Technology Officer Microsoft Indonesia di Jakarta, Rabu (17/2/2010).

Menurutnya, pemerintah tidak bisa hanya koar-koar mengenai internet aman kalau tidak berinisiatif melakukan langkah nyata yang dirasakan langsunfg masyarakat luas. Program Internet Sehat yang dicanangkan Departemen Komunikasi dan Informatika saat ini dinilainya baik namun belum cukup. Soal regulasi, ia juga menekankan harus ada ketegasan agar tidak menimbulkan banyak interpretasi.

"Kalau pemerintah Indonesia punya program yang sama seperti di Inggris, kami siap membantu," tambah Mona Monica, PR Manager Microsoft Indonesia. Ia mengatakan saat ini Microsoft sebenarnya juga sudah menjalin kerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia untuk menghubungkan program CETS (Child Exploitation Tracking System (CETS) yang merupakan jaringan informasi kejahatan terhadap transnasional yang awalnya dipasang di Kanad dan Australia.

Jadi, apakah Pemerintah Indonesia merasa perlu membuat sejenis CEOP? Semua itu tergantung seberap besar kemauan dan dukungan dari pemerintah untuk menangani masalah kejahatan terhadap anak-anak ini. *Kompas.com 170210

Read Users' Comments (0)

Sepasang Naga Gemparkan Kutai Barat

Jumat, 05/02/2010
Sempat Diabadikan Motoris

Masyarakat Kutai Barat (Kubar), khususnya warga Mahakam Ulu, digemparkan kemunculan sepasang ular raksasa sebesar drum atau berdiameter sekitar 60 sentimeter dengan panjang sekitar 40 meter. Ular raksasa itu terlihat meliuk di permukaan air di Riam Haloq, Kampung Long Tuyoq, Kecamatan Long Pahangai. Ular raksasa yang melintas di sungai itu diyakini masyarakat Suku Dayak sebagai naga. Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribun, sebenarnya peristiwa kemunculan naga terjadi Jumat (29/1/2010).

Saat itu sebuah longboat berangkat dari Long Bagun menuju Long Pahangai. Longboat tiba siang hari di Kampung Long Tuyuq, hulunya Riam Haloq. Saat itulah motoris dan penumpang longboat melihat sepasang ular raksasa melintas di permukaan Sungai Mahakam dari arah berlawanan.
Begitu mengetahui sepasang naga lewat, motoris langsung menepikan longboat ke tepi sungai karena khawatir menjadi korban. "Ternyata kedua naga itu berjalan terus dan tidak merasa terganggu dengan kehadiran longboat," tutur Dodik, yang mendengar cerita dari keluarganya di Mahakam Ulu.
Setelah itu, motoris dan beberapa penumpang langsung mengambil gambar menggunakan ponsel berkamera karena menganggap itu sebuah momen langka. Di wilayah Kubar sendiri foto ular raksasa itu telah tersebar dan masyarakat menjadi heboh.
Menurut seorang warga Kampung Lutan, Kecamatan Long Hubung, sebenarnya ada dua naga yang terlihat. Satu naga diyakini berjenis jantan karena di kepalanya ada dua tanduk dan naga betina karena tidak ada tanduknya. Kedua binatang itu memiliki empat kaki, warna kulit hitam dengan panjang sekitar 40 meter dan diameter tubuh sekitar 60 sentimeter.
Ia menambahkan, sebelumnya di Long Tuyoq bahkan ada seorang warga dan anaknya yang sedang berburu babi melihat ular raksasa tersebut. Saking kagetnya, sang anak sampai tidak bisa berbicara hingga kini.
Menurut kepercayaan masyarakat setempat, kemunculan naga bagi Suku Dayak adalah sebuah pertanda, yakni pemberitahuan akan turun hujan lebat yang diiringi banjir yang terjadi tiga hari setelah kemunculan ular raksasa. Hal itu lebih meyakinkan karena sejak Senin (1/2/2010) hingga Rabu (3/2/2010), air Sungai Mahakam meluap dan mengakibatkan banjir yang melanda beberapa kecamatan di sepanjang Sungai Mahakam, di antaranya Long Bagun, Laham, Long Hubung, Long Iram, Tering, Melak, Muara Pahu, Penyinggahan, dan Mook Manaar Bulatn.

Sulit akses
Kampung Long Tuyoq terletak di Kecamatan Long Pahangai. Memiliki luas 126,95 kilometer persegi dan dihuni mayoritas Suku Dayak Bahau Busang. Mereka tinggal di sepanjang Sungai Mahakam dengan mata pencarian sebagai petani tadah hujan, karet, vanili, berburu, dan penambang emas tradisional.
Long Tuyoq merupakan daerah yang terpencil sehingga akses menuju ke sana cukup sulit. Dari Samarinda jika menggunakan pesawat kecil DAS, membutuhkan waktu 1 jam hingga di Datah Dawai. Setelah itu harus melanjutkan perjalanan dengan ketinting menuju hilir Sungai Mahakam, membutuhkan waktu sekitar 2 jam. Jika menggunakan longboat butuh waktu 1 jam.
Sementara jika menggunakan kapal motor (taksi air) dari Samarinda menuju Long Bagun membutuhkan waktu dua hari. Dari Long Bagun dilanjutkan dengan menggunakan speedboat, tarifnya Rp 500.000 per orang, sedangkan longboat Rp 400.000 per orang.
Butuh waktu 12 jam dari Long Bagun sampai di Long Tuyoq. Jalur sungai yang dilewati penuh tantangan dan risiko karena harus menghadapi keganasan riam-riam yang ada di sepanjang Sungai Mahakam. Riam yang dikenal paling ganas adalah Riam Panjang dan Riam Udang, di sana terdapat batu-batu karang yang tajam serta pusaran air yang siap menelan perahu jika tak berhati-hati melintas. Di kanan-kiri Sungai Mahakam menuju Kampung Long Tuyoq ditumbuhi pohon-pohon besar seukuran tubuh kerbau.

Ular 33 meter
Sebelumnya, pada Februari 2009, Kalimantan juga bikin heboh dunia saat muncul sebuah foto udara yang memperlihatkan ular raksasa tengah melintas di sebuah sungai di Sarawak, Malaysia. Ular raksasa itu berenang di Sungai Baleh, Sibu, Serawak, bagian utara Kalimantan.
Sebuah foto ular raksasa terlihat berenang melenggak-lenggok di sebuah sungai tropis yang dikelilingi oleh hutan gambut. Ular berwarna hitam itu sangat besar, hampir memenuhi sungai yang terletak di tengah-tengah hutan rawa yang rimbun. Air beriak di kiri kanannya. Kabarnya, foto itu diambil dari sebuah helikopter, 11 Februari 2009.
Foto itulah yang menjadi perdebatan. Kalimantan memang memiliki ular-ular raksasa. Namun, selama ini ular yang besar yang baru ditemukan adalah sejenis sanca atau piton atau masyarakat Kalimantan menyebutnya ular sawah, yang panjangnya belasan meter.
Namun, ular yang terlihat di foto dan beredar luas di internet, termasuk Youtube, itu jauh lebih panjang dan besar dibandingkan dengan temuan piton. Diperkirakan panjangnya 100 kaki atau sekitar 33 meter.
Gambar tersebut diambil oleh anggota tim wilayah bencana banjir yang kemudian diterbitkan oleh Utusan Sarawak, sebuah koran lokal. New Straits Times di Kuala Lumpur juga memuat foto tersebut, yang kemudian dirilis oleh The Telegraph, Inggris.
Ada juga yang tidak memercayai foto itu dan menganggapnya rekayasa semata. Hal itu karena terlalu jauhnya pengambilan gambar ular tersebut. Benar atau tidak, foto itu sudah membuat masyarakat di sekitar Serawak, khususnya Sibu, ketakutan sebab sungai itu merupakan urat nadi transportasi masyarakat selama ini.

Berdasarkan legenda yang hidup di masyarakat setempat, memang dipercaya tentang adanya ular besar di kawasan tersebut yang bernama Nabau. Menurut kepercayaan, Nabau merupakan ular dengan panjang 80 meter dengan kepala naga dan tujuh lubang hidung. Masyarakat desa yang tinggal di Sungai Baleh Borneo memercayai makhluk mistik tersebut. Selain itu, masyarakat memang sering melihat ular-ular besar di kawasan itu.
Nah, bila kedua foto itu asli, apakah ular yang terlihat itu sejenis piton atau anaconda? Hingga kini memang belum ditemukan adanya anaconda di Kalimantan.
Rekor ular terpanjang saat ini memang anaconda (eunectes) dari Amazon. Anaconda merupakan keluarga boa. Panjang anaconda yang terbaru ditemukan adalah 50 kaki, tetapi para ilmuwan percaya ada anaconda yang panjangnya 80 kaki, bahkan 100 kaki dari temuan kulit ular tersebut oleh sebuah ekspedisi ilmuwan Inggris tahun 1992. Dalam keluarga anaconda, menurut situs lingkungan Mongabay, yang terbesar adalah anaconda hijau (Eunectes murinus). Panjangnya mencapai 43 meter.
Piton Asia adalah ular terpanjang kedua. Ilmuwan menyebutnya Asiatic reticulated python (Python reticulatus). Piton terpanjang yang ditemukan di kawasan Kalimantan panjangnya 33 kaki dan merupakan rekor dunia sanca terpanjang saat ini. Para ilmuwan percaya panjang piton bisa mencapai 50 kaki atau sekitar 15 meter.
Bedanya, anaconda lebih langsing dan ahli berenang. Sementara piton lebih gemuk dan hanya suka kelembaban, bukan di air. Anaconda menggigit mangsanya sampai mati sebelum menelan, sementara piton menggunakan kekuatannya dengan membalut mangsa sampai tulang-belulangnya hancur atau tak bergerak lagi, kemudian ditelan bulat-bulat.
Awal Februari tahun lalu, para ilmuwan juga menemukan fosil ular seberat sebuah mobil kecil. Ular itu diperkirakan bisa melumat binatang seukuran sapi. Monster sepanjang 45 kaki bernama Titanoboa ini sangat besar dan hidup dengan memakan buaya dan kura-kura raksasa. Beratnya mencapai 1,25 ton. Ia biasa merayap di sekitar hutan-hutan tropis Amerika Selatan 60 tahun silam. (alex pardede/tribunkaltim cetak) *Kompas.com 050210

Read Users' Comments (1)komentar

Asyik... Tersedia 25 Beasiswa S-1 ke Rusia

Senin, 01/02/2010

JAKARTA -
Pemerintah Federasi Rusia menawarkan para pelajar dan peniliti Indonesia sebanyak 35 beasiswa untuk jenjang pendidikan S-1 (Bachelor), dan S-2 (Magister), dan jenjang S-3 (Aspirantura), pos-doktoral (Doktorantura), serta penelitian/pelatihan (Stazhirovka). Dari jumlah tersebut, 25 beasiswa disediakan khusus untuk jenjang S-1.

Beasiswa disediakan untuk semua ilmu alam, ilmu teknik, ilmu sosial, serta ilmu humaniora. Beasiswa tidak diberikan untuk mereka yang ingin menimba ilmu hubungan internasional, seni, dan olahraga. Untuk bidang studi hukum dan ilmu politik pun masing-masing hanya tersedia satu beasiswa, sedangkan kedokteran hanya tersedia dua beasiswa.

Beasiswa juga tersedia untuk ilmu-ilmu khusus seperti pendidikan, kesehatan masyarakat, ekonomi dan manajemen, spesialisasi interdisipliner ilmu alam, geologi dan sumber daya mineral, eksplorasi mineral, ilmu energi dan teknik mesin pembangkit, metalurgi, konstruksi mesin dan pemrosesan material, penerbangan, roket dan teknologi angkasa, teknologi maritim, peralatan transportasi darat, teknologi pertambangan dan perlengkapan, teknik elektro, pengendalian alat-alat gedung; radioteknik dan komunikasi, automasi dan kontrol, komputer dan informatika, eksploitasi transportasi, teknologi kimia, reproduksi dan proses sumber daya kehutanan, teknologi makanan, teknologi komoditas konsumen, arsitektur dan ilmu konstruksi, geodesi dan kartografi; agrikultur dan perikanan, ekologi dan pemanfaatan alam, serta kesehatan dan keselamatan.

Syarat utamanya, usia pelamar tidak lebih dari 25 tahun dan saat mendaftarkan beasiswa ini tidak lebih dari 3 tahun setelah tamat SMU. Pelamar juga harus memiliki ijazah SMU setara ijazah SMU di Rusia dengan nilai rata-rata 8,0 atau 80 % untuk mata pelajaran sesuai program studi/jurusan pilihan dan tidak ada angka merah untuk mata pelajaran lain.

Sebelum menimba ilmu, pelamar akan terlebih dulu mengikuti fakultas persiapan selama 1 tahun untuk mempelajari Bahasa Rusia dan mata pelajaran sesuai program studi/jurusan pilihannya.

Khusus beasiswa jenjang S-1 ini, skema beasiswa dari pemerintah Federasi Rusia ini senilai 1100 rubel atau 30,5 USD per bulan, tiket pesawat pergi-pulang Rusia-Indonesia sekitar 900 USD, serta biaya penjemputan atau transportasi dari airport ke tempat tujuan dan registrasi paspor minimal 250 USD (kecuali untuk kota-kota di luar Moskow).

Selain itu, pemerintah Rusia juga akan memberikan asrama mahasiswa sebagai hunian di sana. Hanya, ongkos sewanya dibebankan kepada penerima beasiswa yang nilainya sekitar 30 USD per 6 bulan.

Tertarik? Keterangan lengkap mengenai beasiswa ini bisa menghubungi Defri Mustika (defri_mustika@yahoo.com) di Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia (PIPKR) pada hari kerja Senin-Jumat, 11.00-17.00 WIB. Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Rusia, Jl. Diponegoro 12, Menteng, Jakarta 10310/Tel : 021-31935290. *Kompas.com 010210

Read Users' Comments (0)